Sunday, April 3, 2011

Prajurit Pencabut Nyawa (Hati)

Tak bisa berhenti, terus saja menyeruput waktu lalu. Tak henti hentinya datang.

Di dalam bar itu sebuah kenangan muncul. Saat dia telah tunduk dari kegembiraan. Kegembiraan yang dulu sempat hinggap, hingga menjadi kenangan.

Malam yang semakin membumbung tinggi bersamaan dengan bungkus kedua prajurit - prajurit pencabut nyawa, membakar habis paru - parunya. Bahkan membuatnya terbatuk batuk. Sesekali dihentikannya-lah para prajurit itu dari kerongkongannya dengan serombongan air beralkohol 5%.

Sedikit demi sedikit.

Tapi yang dirasa bukanlah kesegaran setelah terjadinya pertumpahan darah dari perebutan wilayah para prajurit pencabut nyawa.Malah semakin kering. semakin tandus. semakin tidak mengerti. Mengapa kenangan itu tak pernah hilang. Bahkan semakin terasa. Mencekik kerongkongannya. Menghitamkan paru parunya. Hingga, menghancurkan hatinya.

Hati seorang anak muda yang sangat berapi - api (dulu). Kini telah padam. Hanya bara sisa masa lalu.

Dan bungkus terakhir pun kini telah kosong. tak ada alasan lagi untuk menghentikan para prajurit itu.

Pemuda itu berdiri, dengan sedikit terhuyung dia pun berjalan. Diiringi lagu terakhir dari penyuguh musik dalam bar itu. Yang memainkan lagu goodbye dari air supply. Dengan wajah yang semakin murung dia melangkah.